LIVEMotoGP - Pembalap Ducati Lenovo Francesco Bagnaia disebut juara MotoGP 2022 karena skill pribadi, bukan kecanggihan motor Ducati Desmosedici yang ditungganginya.
Tahun ini Ducati berhasil meraih triple crown di MotoGP setelah menjadi juara dunia, juara konstruktor dan menjadi juara tim.
Tidak hanya itu, Ducati juga sukses mengawinkan gelar juara dunia MotoGP dan WSBK melaui Alvaro Bautista.
Keberhasilan tersebut menjadi simbol betapa kuatnya Ducati musim ini.
General manager Ducati Corse, Luigi 'Gigi' Dall'lgna menyebut omong kosong jika motor jadi faktor penentu gelar juara dunia MotoGP, menurutnya pembalaplah yang menjadi kunci utama.
Ducati bersama Francesco Bagnaia berhasil memetik kesuksesan pada MotoGP musim 2022 dengan keluar sebagai juara dunia.
Tentunya keberhasilan ini menjadi hal yang luar biasa bagi kedua belah pihak.
Bagi Bagnaia ini adalah gelar juara dunia MotoGP pertamanya.
Sementara itu, bagi Ducati ini adalah akhir penantian mereka selama 15 musim sejak Casey Stoner berjaya pada tahun 2007.
Keberhasilan Ducati dalam meraih gelar juara musim 2022, ini tidak bisa dilepaskan dari seorang Dalligna.
Di bawah arahan Dall'lgna, Ducati telah bekerja keras selama puluhan tahun untuk menciptakan motor yang mudah dikendarai dan kompetitif di ajang MotoGP.
Sejak era Andrea Dovizioso dan Jorge Lorenzo, sebenarnya Ducati sudah menjadi pabrikan yang diperhitungkan walau belum berhasil meraih gelar.
Ducati juga selalu mengubah pendekatannya, di mana mereka mencoba memberikan yang terbaik untuk pembalap.
Langkah pertama yang selalu dilakukan Ducati, adalah membuat motor yang memiliki tenaga luar biasa sehingga menjadi paling kuat di grid.
Setelah itu tercapai, Ducati akan mencoba untuk menurunkan berat motor dan mencapai bobot minimum yang diperbolehkan.
"Sudah lama sejak saya memulai proyek saya sendiri pada tahun 2015. Tidak pernah ada revolusi nyata," kata Dall'lgna dikutip dari Speedweek.
"Kami menghilangkan kesalahan kecil yang tidak relevan secara individu, tetapi membuat perbedaan besar secara keseluruhan."
"Itulah filosofi saya, saya memberikan perhatian yang sama pada setiap detail untuk menghasilkan mozaik yang sempurna."
Berkaca pada semua hal yang telah dilakukan Ducati selama 15 tahun terakhir, Dall'Igna menyebut bahwa pembalap lah yang memegang peran penting.
Motor hanya menjadi bagian yang melengkapi sang pembalap, jika bukan pembalap yang memegang kunci mungkin Ducati sudah menjuarai MotoGP dari dulu.
"Omong kosong. Pengemudi adalah faktor terpenting," ucap Dall'Igna dengan tegas.
"Musim ini, Bagnaia memimpin 189 lap, sedangkan Quartararo 76 lap. Pembalap Ducati lainnya bahkan lebih sedikit. Itu menunjukkan kualitas Bagnaia," tutur Dall'lgna